Tim Peneliti
- Ketua Tim : Dr. Mardhani Riasetiawan
- Peneliti : Rizqiani Amalia Kusumasari, S.Si., M.Sc. – FKKMK UGM, Drs. Bambang Nurcahyo Prastowo, M.Sc – FMIPA UGM, Syairaji, SKM., MPH – sekolah Vokasi UGM
- Tahun Kegiatan : 2019
Pendahuluan
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap kejadian bencana, dari bencana alam sampai bencana akibat ulah manusia. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bencana antara lain kondisi geografis, iklim, geologis, dan faktor lain seperti keragaman budaya dan politik. Secara umum, siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga, dimulai dari pra bencana, saat bencana sampai dengan pasca bencana. Pada tahap pra bencana, kesiapsiagaan dan mitigasi serta pencegahan merupakan aktivitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan bencana, mengurangi dampak dari bencana juga melakukan upaya-upaya preventif. Pada saat bencana diperlukan kegiatan tanggap darurat, dan ketika pasca bencana dilakukan tindakan pemulihan dan rekonstruksi. Epidemiologi yang merupakan ilmu tentang distribusi dan determinan penyakit atau kejadian yang terkait dengan kesehatan memiliki peranan penting dalam ketiga bagian dalam siklus bencana. Epidemiologi digunakan pada saat mitigasi untuk mengurangi kemungkinan dampak kesehatan yang akan terjadi. Ketika terjadi bencana, epidemiologi dalam bentuk surveilans digunakan untuk pelacakan korban serta mengumpulkan data secara cepat terkait jumlah korban dan kasus penyakit yang terjadi. Selain itu surveilans epidemiologi juga digunakan untuk menyediakan informasi terkait sebaran dan faktor risiko penyakit pasca bencana yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan untuk membuat keputusan atau action yang tepat.
Surveilans penyakit dan faktor risiko suatu upaya untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan kesehatan di lokasi bencana dan pengungsian sebagai dasar dalam keputusan tindakan kesehatan segera. Secara khusus, surveilans penyakit dan faktor risiko ditujukan untuk menyediakan informasi kematian dan kesakitan penyakit potensial wabah yang terjadi di daerah bencana; mengidentifikasi sedini mungkin terjadinya peningkatan jumlah penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB; mengidentifikasi kelompok risiko tinggi terhadap suatu penyakit tertentu; mengidentifikasi daerah risiko tinggi terhadap penyakit tertentu; dan mengidentifikasi status gizi buruk dan sanitasi lingkungan (Kemenkes, 2006).
Sistem Siber menjadi menarik untuk diteliti ketika tantangannya untuk menghasilkan sistem siber yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di isu Sustainable Development Goals. Hal ini menjadi penting karena pendekatan yang akan dimunculkan harus bersifat multi/inter-disipliner dengan dukungan teknologi yang mengarah pada Industri 4.0. Sebagai contoh, permasalahan tentang transportasi misalnya kemacetan membutuhkan solusi tidak hanya pada rekayasa moda transportasi, tetapi juga rekayasa lalu lintas yang membutuhkan data untuk mengetahui jumlah trafik, simulasi berbasis komputasi untuk meyakinkan rekayasa berjalan, dan sistem informasi yang dapat memonitor real time dari progress trafik. Pada area bencana diperlukan pendekatan untuk mengetahui pergerakan tanah longsor, gelombang tsunami, luncuran awan panas gunung berapi yang digunakan untuk pengolahan data dan menghasilkan simulasi bencana. Hal ini akan memudahkan untuk mendapatkan strategi evakuasi bencana, antisipasi/early warning dan manajemen bencana di masa depan. Pada bidang kesehatan dibutuhkan suatu metode untuk mengumpulkan dan mengelola data besar penyakit di Indonesia sehingga endemi dan kejadian luar biasa bisa diprediksi dan dikembangkan pemodelan untuk menciptakan ketahanan kesehatan di masa depan. Tidak menutup kemungkinan penelitian dan pengembangan obat berbasis penyakit endemi di Indonesia bisa dikembangkan dengan bantuan data besar ini.